Catatan Kelam Bulan Mei

by

Bulan Mei menjadi monumen sejarah pergerakan di Indonesia, sehingga bulan ini disebut sebagai bulan pergerakan. Setidaknya ada lima peristiwa penting yang terjadi di Bulan Mei : 1 Mei “Hari Buruh Internasional”, 2 Mei “Hari Pendidikan”, 12 Mei “Tragedi Trisakti”, 20 Mei “Hari Kebangkitan Nasional”, 21 Mei “Hari Peringatan Reformasi”. Bulan Mei pada tahun ini pun sebelumnya santer didesuskan akan terjadi penggulingan Presiden Joko Widodo dengan deretan isu negatif di 100 hari pemerintahannya. Demo besar-besaran diisukan akan dilakukan pada tanggal 20 Mei dengan cara mengepung istana.

Namun apa yang terjadi selanjutnya? Istana dengan presiden yang mungkin bodoh, tetapi tidak dengan para penasihat dan orang-orang berkuasa di baliknya. Mereka tentu tak akan membiarkan ada demonstrasi besar-besaran terjadi. Pertama, pemerintah melalui kemensesneg mengundang secara resmi para petinggi gerakan mahasiswa mulai dari ketua BEM sampai ketua gerakan mahasiswa ekstra kampus. Undangan makan siang tersebut dapat dipahami dengan akal goblok sekalipun tujuannya adalah untuk menyocok hidung gerakan mahasiswa.

Dan setelah itu muncul pernyataan dari Kelompok Cipayung di Bandung bahwa mereka menolak bergabung dalam demonstrasi penggulingan pemerintah pada Bulan Mei. Mereka lebih memilih diajak kerjasama menggelar seminar dengan dirjen-dirjen dan kementrian, membahas masalah kepemudaan, tantangan globalisasi dan lain-lain daripada berdemonstrasi menolak kenaikan harga BBN. Kelompok Cipayung (HMI, PMII, GMNI, GMKI, PMKRI) yang selama ini dikenal sebagai otak perjuangan gerakan mahasiswa telah berhasil “dijinakkan” oleh pemerintah. Maka pemerintah sudah tak perlu khawatir lagi tentang ancaman pengepungan istana pada tanggal 20 Mei.

Ke dua, tepat sehari menjelang peringatan Hari Buruh pada tanggal 1 Mei, yang sudah pasti akan diwarnai aksi demosntrasi buruh-buruh pabrik di jalanan protokol ibu kota, sebuah berita heboh muncul di berbagai headline news seluruh stasiun televisi yaitu ditangkapnya Novel Baswedan oleh Bareskrim Polri. Alhasil, di koran pagi tanggal 2 Mei semua headline news dipenuhi tentang berita kontroversial tersebut. Dan demonstrasi para buruh harus mengalah untuk tidak menjadi topik utama.

Tidak cukup dengan itu, setelah isu Novel Baswedan meredup. Yang ke tiga, menjelang peringatan peristiwa trisakti 12 Mei, berita tidak penting dan tidak mutu meledak di media masa, yaitu pengangkapan seorang artis AA yang ditangkap setelah melakukan transaksi prostitusi, lengkap dengan keterangan barang bukti beha dan celana dalam.

Akhirnya fase-fase peristiwa penting di Bulan Mei pun terlupakan dengan gaduhnya pemberitaan yang membuat rakyat melupakan rasa laparnya.

Namun, “kekejaman” penguasa tak hanya sampai di situ. Mulai pukul 00.00 tanggal 15 Mei ini pemerintah kembali menaikkan harga bahan bakar minyak, yang menjadi sorotan adalah kenaikan harga solar dari Rp 6.900,00 –Rp 9.200,00. Semua mesin diesel menggunakan bahan bakar solar, apa saja kendaraan yang menggunakan mesin diesel? Ialah angkot, bus kota, kol-kol pengangkut sayur di pasar tradisional, turk-truk bak pengangkut pasir dan bahan bangunan, truk-truk kontainer pembawa logistik dari pelabuhan, sampai bus antar kota.

Semua jenis kendaraan di atas akan merasakan dampak secara langsung atas kenaikan harga solar. Dan mulai esok pagi selama seminggu ke depan, akan terjadi keributan-keributan kecil di pinggir jalan antara penumpang dan sopir angkot soal ongkos yang naik tak tentu, karena organda belum sempat menetapkan ongkos baru, sedangkan solr sudah naik terlebih dahulu. Keributan kecil recehan seribu tersebut tak akan terdengar oleh pemerintah, karena jangankan mendengar, dalam kenaikan harga bbm ini saja pemerintah tidak secara langsung mengumumkan.

Sampai saat ini, jawaban masyarakat ketika ditanya wartawan mengenai kenaikan harga BBM masih memaklumi “Yaa mau bagaimana lagi…”, tetapi jika suatu saat masyarakat hanya diam tak menjawab ketika ditanya, itu berarti sudah gawat.

Cawang, 14 Mei 2015