Biografi Pendek

by

Konon Saya lahir pada tanggal 21 April 1991, beberapa bulan setelah Perang Teluk usai dengan dibebaskannya Kuwait atas invansi Irak. Namun, kelahiran saya tentunya jauh dari hiruk pikuk peperangan tersebut, saya lahir di sebuah dusun kecil nan damai di bawah Bukit Pangol kurang lebih 30 km ke arah selatan Kota Yogyakarta, Dusun Koripan yang namanya diambil dari nama dayang (luluhur) tempat ini yaitu Mbah Qorib yang sampai saat ini makamnya masih terawat dengan baik.

Saya menjalani masa kanak-kanak sampai beranjak dewasa di Kabupaten Bantul, tempat tinggal orang tua. Sebagai generasi 90-an yang elok dan gemilang, sangat banyak sekali cerita-ceerita masa kecil yang saat ini sudah jarang bahkan tak pernah saya jumpai lagi Seperti bermain layang-layang di atas bukit, berenang di kali, berburu wiwitan hingga merayakan purnama dengan bermain pada malam hari. Tahun 1995 saya dimasukkan oleh ibu saya di TK ABA, di situ saya belajar menghafal surat Al-Fatihah dan surat-surat pendek lainnya. Ada cerita lucu waktu itu saya yang masihditunggui saat di taman kanak-kanak, ketika bel tanda istirahat berbunyi saya langsung keluar menuju ibu saya untuk netek, kebiasaan itu selalu saya lakukan setiap hari sampai akhirnya ketahuan salah seorang guru saya bernama Bu Tri. Sejak saat itu lah saya berhenti netek, pada umur 5,5 tahun.

Kemudian tahun 1997-2003 saya menghabiskan waktu di SD Inpres Terban di seberang bukit desaku.Waktu duduk di kelas empat, saya pernahmenjadi murid ranking terakhir, dan waktu itu ibu guru yang bernama Ibu Titik melarang mrid-murid yang lain untuk tidak bermain dengan saya. Stelah kejatuhan Gus Dur di tahun 2001, saya bikin puisi untuk pertama kali sejauh yang bisa saya ingat, dengan menyindir Megawati. Dan oleh guru Saya yang bernama Pak Sejo diapresiasi dengan disuruh memajang karya tersebut di tembok sekolah.

Tahun 2003 saya lulus SD kemudian melanjutkan sekolah di SMP N 2 Sanden, sebuah sekolah di dekat pesisir pantai selatan. Bi sinilah saya mulai banyak membaca karya-karya sastra 'berat', bukan lagi cerita-cerita novel anak-anak yang juga banyak saya baca waktu SD. Namun di luar itu, saya masih ingat betul ketika guru BK (Bimbingan Konseling) saya mewawancara "Apa cita-citamu?", dengan lugu saya jawab "Sopir taksi Pak", waktu itu cita-cita sopir taksi adalah cita-cita yang sudah muluk dan realistis bagi saya yang berada dalam keluarga buruh tani. Begitulah kejamnya negeri ini bagi anak-anak, bahkan untuk bermimpi saja mereka tidak berani. Tetapi di SMP ini, saya akhirnya bisa lulus dengan Nilai Ujian tertinggi yang saat itu membikin kaget siswa-siswa maupun guru-guru, karena saya dikenal sebagai siswa yang sak karepe dewe dan belum pernah menjadi juara baik di kelas maupun di sekolah.

Kemudian tahun 2006, ketika bencana besar Gempa Bumi yang menewaskan lebih dari 5.000 orang di wilayah Bantul saat itu saya baru saja lulus dari SMP, dan masuk SMA N 1 Bantul, berlokasi di Dusun Sumuran Jl. K.H. Wakhid Hasyim, Bantul. Di sinilah saya mulai berorganisasi, semua organisasi saya masuki, mulai dari OSIS, ROHIS, Pramuka, Teater bahkan sampai PMR. Beberapa kali menyandang sebagai Ketua Kelas, inilah masa-masa peralihan seya sebagai anak dari keluarga yang tak terdidik kemudian berkenalan dengan teman-teman yang banyak dari kalangan priyayi, di sinilah saya lalu berani untuk bermimpi.Banyak cerita di SMA, kapan-kapan saya akan menceritakannya.

Lulus SMA pada tahun 2009, kemudian dengan modal nekat saya masuk perguruan tinggi, Jurusan Teknik Mesin UGM. Walaupun orang tua sempat tidak mendukung karena masalah biaya, tetapi saya bisa masuk kampus di Bulaksumur ini hanya dengan Rp 450.00,-. Di kampus saya juga aktif di berbagai organisasi, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM UGM, Partai Kampus Biru, Dewan Perwakilan Mahasiswa, dan terakhir fokus di Himpunan Mahsiswa Islam sebagai Ketua Umum Komisariat Teknik UGM dan kemudian dipilih sebagai Sekretaris Umum HMI Cabang Bulaksumur Sleman.

Pada Bulan April 2014, sepuluh hari sebelum ulang tahun saya, akhirnya saya dinyatakan lulus sebagai Sarjana Teknik. Dua bulan kemudian, pada Bulan Juni mulai bekerja di PT. Honda Prospect Motor, sebuah industri manufaktur mobil buatan Jepang, namun karena merasa tidak sesuai dengan kehendak hati, akhirnya pada Bulan Desember 2014 memilih pindah di PT. Wijaya Karya, (Persero), Tbk sebgai Piping Engineer. Di sela-sela menjadi Engineer, saya tetap ingin menulis puisi dan esai, sekadar untuk menyalurkan rasa.