Catatan Perjalanan ke Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik

by

18-20 Maret 2017


Mukadimah : Biasanya saya tidak pernah bikin catatan perjalanan setelah jalan-jalan, tetapi akhir ini saya sadar telah banyak berhutang informasi : bahwa sebelum melakukan perjalanan setidaknya saya membaca 3 sampai 5 catatan perjalanan dari blog-blog pribadi sebagai bekal. Setidaknya dengan menulis saya bisa merasa melunasi hutang-hutang informasi tersebut.

18 Maret 2017 08.00 --- Dengan badan yang masih kurang istirahat karena hanya tidur 2 jam setelah subuh, saya berangkat dari rumah saya di Bantul dengan mengendarai sepeda motor tua “Shogun Kebo” yang saya beli saat masih mahasiswa dulu, setelah saya lulus dan bekerja sepeda motor tersebut dipakai oleh bapak untuk bekerja wira-wiri di Yogya.



Perjalanan kali ini seperti perjalanan sebelum-sebelumnya saya tidak melakukan persiapan apapun, mungkin saya orang yang malas atau tipe orang yang deadliner. Alhasil saya berangkat dengan tas keril Consina 50L yang hanya diisi dengan baju ganti.

Tujuan saya pertama kali tentu saja, tempat penyewaan perlengkapan mendaki gunung, saya pilih tempat penyewaan “Anak Rimba Adventure” yang berlokasi di Samirono karena dulu saya biasa menyewa di sini. Sebelumnya sudah saya list di note HP apa-apa yang harus disewa yaitu : Tenda, Matras, Sleeping Bag, Nesting, Kompor, Lampu Tenda dan Senter dengan total biaya Rp 88.000,-. Bagi orang yang tidak rutin mendaki seperti saya lebih menguntungkan untuk menyewa daripada membeli alat-alat tersebut karena tidak perlu maintenance bahkan tidak perlu mencuci/ membersihkan setelah selesai dipakai.

Sungguh sial –karena minim persiapan- KTP saya tertinggal di rumah, yang mengharuskan saya meninggalkan SIM C karena tempat penyewaan tidak menerima ID selain KTP atau SIM. Dengan modal nekat saya berangkat tanpa membawa SIM berharap tidak bertemu masalah dengan Polantas selama di perjalanan.

Setelah mendapat perlengkapan utama mendaki, kemudian saya mencari perbekalan dan barang-barang perintilan seperti : gas butane, korek api, kaos kaki, buff, peniti, dan apa saja yang terlintas di kepala yang kemungkinan dibutuhkan selama perjalanan.



11.00 --- Tas keril saya telah penuh dengan perlengkapan tempur –minus logistik makanan karena berencana membeli makanan di sekitar basecamp. Saya genjot motor dan melesat ke arah terminal Jombor karena teman saya –sebut saja Bunga telah menunggu selama 1 jam di sana.

11.30 --- Sebelum dhuhur perjalanan ke base camp pendakian Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik pun dimulai. Untuk menuju desa Butuh, kita mengandalkan peta dari eyang Google dan ditunjukkan jalan yang menurutnya paling cepat yaitu melewati Jl. Magelang ke arah utara sampai pertigaan Mertoyudan belok ke kiri lurus sampai masuk jalan-jalan alternatif dan akhirnya nembus ke Jl. Raya Kaliangkrik tepatnya di Pasar Kaliangkrik dan kita pun berhenti untuk istirahat dan bertanya ke arah mana Desa Butuh. Dari Pasar Kaliangkrik masih lurus ke arah utara sampai nanti ketemu pertigaan yang menunjukkan arah Curug Silawe ke arah timur (naik ke atas) dan mengikuti jalur itu nanti akan sampai di pertigaan dekat SD yang ada papan penunjuk arah kecil menuju Gunung Sumbing. Selama perjalanan sangat disarankan untuk rajin bertanya ke orang sekitar karena minimnya informasi tertulis dan sudah sulit mengandalkan Eyang Google karena sinyal yang terbatas.

Setelah mengendara selama 20menit-an nanti akan terlihat ladang-ladang perkebunan yang menunjukkan bahwa kita sudah berada di daerah kaki Gunung Sumbing. Pada saat itu cuaca mendung sehingga kegagahan Gunung Sumbing tidak terlihat sehingga tidak bisa dijadikan patokan arah.



Sebuah incident kecil ketika menaiki salah satu tanjakan, “Kebo” saya tidak kuat dan mulai kehilangan daya, akhirnya si Bunga saya suruh turun dan jalan kaki supaya beban si Kebo berkurang. Lima menit saya berjalan dengan meninggalkan Bunga di belakang, tiba-tiba ada mobil bak terbuka yang menyalip saya dan si Bunga ternyata sudah nangkring di bak tersebut bersama dengan ibu-ibu dari ladang. Orang-orang di lereng gunung memang terkenal tolong-menolong dan keramahannya tidak ketulungan, bahkan jika ada orang asing mereka sangat ramah dan welkam sekali.



Untuk menghindari incident seperti itu, disarankan untuk menuju Base Camp Butuh harus menggunakan sepeda motor yang strong dan sehat syukur dengan tenaga 2 tak. Karena banyak tanjakan panjang yang kemiringannya sekitar 60deg.

13.45 --- Dengan modal bertanya beberapa kali kepada penduduk, akhirnya pukul 13.45 kita sampai di Base Camp Butuh yang memang tempanya “nylempit” agak susah ditemukan. Beberapa meter sebelum basecamp tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, dan gundah seketika karena rencana pendakian terancam gagal jika hujan tidak berhenti. Sedikit agak lega karena di halaman base camp sudah terparkir beberapa sepeda motor yang artinya kita tidak akan mendaki berdua saja.



Masuk ke Base Camp langsung berkenalan dengan beberapa pendaki yang baru saja turun dan yang baru akan naik, pendaki yang akan naik adalah rombongan dari Semarang dan saya langsung menawarkan diri untuk bergabung. Setelah itu kita laporan dengan penjaga Basecamp dan memesan teh panas dan makan siang.



15.00 --- Hujan belum juga berhenti, cuaca masih tidak bersahabat untuk mendaki. Serombongan pendaki dari Solo baru saja tiba ke basecamp. Sambil memantau cuaca, kita pergi ke warung yang letaknya di sebelah barat Baecamp untuk membeli logistik makanan. Makanan yang kita beli : Beras, Tempe, Mie Instan, Minyak Goreng, Jahe Kopi Sachet, Air Mineral, Bawang, Cabai, Garam, Sosis dan kerupuk dengan total pengeluaran Rp 45.000,-.



17.00 --- Setelah mengobrol sana-sini dengan beberapa pendaki dan tertidur kira-kira setengah jam akhirnya Gunung Sumbing mempersilakan kami untuk mendakinya dengan menghentikan hujan, walaupun langit masih mendung, tetapi penjaga Base Camp mengijinkan kami untuk mendaki.

Dari Base Camp ke Camp 1

Dari Basecamp kita menuju gerbang pendakian yang jaraknya hanya 5 menit berjalan kaki, di gerbang tersebut kita sempat berfoto-foto sekitar 5 menit kemudian langsung melanjutkan pendakian dengan medan jalan berundak batu kemiringan 45° yang digunakan para peladang untuk pergi ke kebun.





Dari gerbang pendakian sampai Camp 1 kita membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam, dengan pemandangan kiri-kanan adalah lereng-lereng gunung yang disulap menjadi perkebunan sayuran. Sebelum sampai Camp 1 hari sudah gelap dan melewatkan adzan maghrib, masing-masing dari kita mengeluarkan senter masing-masing.

19.00 --- Sekitar pukul 7 malam kita sampai Camp 1 yang ditandai dengan batas antara perkebunan warga dengan hutan. Di Camp 1 tersebut disediakan tempat berteduh dengan konstruksi kayu dan atap seng. Kira-kira 15 menit istirahat, kemudian langsung melanjutkan perjalanan ke Camp 2.

Dari Camp 1 ke Camp 2 Kontur jalan pendakian kurang lebih masih sama, yaitu jalan berundak tetapi batu yang disusun jarang-jarang sehingga jalan lebih licin jika dibandingkan dengan jalur menuju Camp 1. Pemandangan kiri-kanan adalah hutan cemara yang tidak terlalu lebat. Perjalan dari Camp 1 ke Camp 2 kita tempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam.



20.45 --- Sampai di Camp 2. Selama perjalanan gerimis rintik-rintik, tetapi tidak mengganggu perjalanan jadi tetap Go Ahead. Di Camp 2 kita mengisi tenaga dengan memasak air dan menyeduh kopi jahe untuk menghangatkan badan. Dalam kondisi yang berat seperti pendakian malam, badan harus diberikan hak-haknya supaya tidak nge-drop. Di Camp 2 ini ditandai dengan perubahan vegetasi hutan dari Pohon Cemara ke Pohon semacam Sengon –saya tidak tahu pasti nama pepohonannya. Di Camp 2 disediakan gubuk beratap seng sama seperti di Camp 1 dan bisa untuk mendirikan 2 tenda.

Dari Camp 2 ke Camp 3 Kalau teman-teman pendaki bilang jalur ini adalah bonus karena berbeda dengan jalur dari Base Campe sampai Camp 2 yang terus menanjak, jalur Camp 2 ke Camp 3 adalah perjalanan relatif datar mengitari perut Gunung Sumbing dari sebelah selatan (Camp 2) ke sebelah Timur. Walaupun jalurnya datar akan tetapi jalur ini relatif sangat panjang dan resiko tinggi karena jalur jalan setapak dengan sebelah kiri tebing dan sebelah kanan jurang. Dari Camp 2 ke Camp 3 akan melewati 9 sungai yang dijembatani dengan bebatauan alami.

Yang menarik dari jalur Camp 2 ke Camp 3 adalah gemerlap Kabupaten Magelang & Kota Magelang di malam hari yang terlihat jelas, seperti pemandangan di puncak Bogor atau Bukit Bintang Jogja. Untuk sampai di Camp 3 kita membutuhkan waktu sekitar 2 jam.

23.00 --- Karena kita sudah istirahat cukup lama beberapa meter sebelum Camp 3, kita memutuskan untuk melewatkan Camp 3 dan langsung menuju Camp 4. Boleh dikatakan Camp 3 adalah akhir dari perjalanan mendatar mengitari perut Gunung Sumbing, dan dilanjutkan dengan pendakian menanjak 60° bahkan lebih, jalur ini adalah medan terberat. Sebelum habis jalur mendatar, nanti akan melewati jembatan iblis –begitu mereka menyebutnya karena harus sedikit merayap di tebing batu dengan pijakan hanya cukup satu kaki dan di sisi kanan bawah terdapat jurang sekitar 10 meter.

Bencana terjadi beberapa meter sebelum Camp 4 yang merupakan Camp terakhir, badai menerpa dengan hujan dan angin yang kencang. Dengan medan yang menanjak curam kita berjuang untuk secepatnya mencapai Camp 4 supaya bisa mendirikan tenda. Di jalur ini Bunga sudah nyebut-nyebut tidak kuat dan mau pingsan karena kedinginan, sebagai orang yang bertanggungjawab tentunya saya sudah sangat panik jika terjadi apa-apa, ancaman paling nyata adalah hypothermia. Atau jika dia pingsan kita akan sangat kesulitan menggotong/ menyeretnya karena medan yang sangat curam. Dengan panik saya menarik setengah menyeret sambil terus bilang “itu dekat lagi”, sementara dia sudah tidak berkata apa-apa hanya meringis-meringis menahan dingin dan kehabisan daya.

Alhamdulillah akhirnya dia kuat sampai di Camp 4 dan saya lega ternyata sudah ada tenda yang berdiri, Bunga langsung saya masukkan ke tenda terdekat dengansebelumnya ijin ke empunya Tenda untuk minta pertolongan. Sementara Bunga dievakuasi ke dalam tenda, saya mendirikan tenda di tengah hujan angin dan pakaian basah. Tidak sampai setengah jam tenda berdiri dan saya pun langsung ganti baju pakaian kering, kemudian memasak air dan mie instan. Sementara badai masih terus menerpa sampai kita tertidur sekitar pukul 02.00.



05.30 --- Terbangun karena bunyi alarm dari handphone. Seketika langsung tidak semangat bangun mendengar bunyi tenda yang masih diterpa hujan angin di luar. Yang pasti tidak akan menikmati pemandangan sunrise dan terancam gagal untuk melanjutkan ke puncak.

06.15 --- Dengan rasa dingin dan malas saya keluar tenda untuk melihat suasana. Ternyata hujan sudah reda namun angin masih kencang dan langit masih mendung. Di ufuk timur, sinar matahari kuning tak kuasa menembus gumpalan-gumpalan awan mendung. Dan beberapa tenda yang berdiri masih sunyi, hanya ada satu dua pendaki yang keluar dari tendanya.

07.30 --- Angin sudah mulai bersahabat. Geliat aktifitas di Camp 4 sudah mulai terlihat, kita mulai memasak nasi dan air untuk sarapan. Menu pagi ini adalah tempe goreng dengan bumbu bawang ditambah sosis goreng, terasa nikmat sekali di tempat yang sangat jauh dari warung nasi padang.



09.00 --- Keluar tenda untuk menjemur pakaian dan perlengkapan yang basah termasuk jaket, walaupun tidak cerah tetapi cukup untuk meng-angin-angin-kan. Saatnya berfoto-foto ria sambil mengobrol bersama pendaki yang lain, hampir semua pendaki berencana untuk langsung turun karena sudah terlalu siang untuk melanjutkan perjalanan ke puncak yang memakan waktu sekitar 2 jam dari Camp 4. Ya sudah, apa boleh buat, ego untuk menggapai puncak harus dikalahkan melihat situasi yang tidak mendukung.

10.00 --- Kita mulai packing dan membongkar tenda karena target untuk turun sebelum jam 12 siang. Setelah selesai packing, alhamdulillah diberikan cuaca yang cerah untuk berfoto-foto sekitar 15 menit. Setelah itu cuaca mulai mendung dan berkabut lagi.









11.20 --- Perjalanan turun pun dimulai, normalnya perjalanan turun dari Camp 4 dapat ditempuh sekitar 4 jam. Jadi target sampai Base Camp pukul 16.00 supaya perjalanan kembali ke Yogya sebelum hari gelap

Namun perjalanan turun terasa lebih berat karena harus membawa pakaian satu stel yang basah semua, salah saya karena membawa celana bahan jeans casual yang tebal menyerap air dan banyak sakunya ditambah kaos katun dan baju lengan panjang. Di samping membawa keril yang lebih berat, ujung jari-jari kaki terasa sakit entah karena efek design sepatu (hitech) atau efek fatigue kaki. Saya putuskan untuk melepas sepatu dan mengganti dengan sendal, kaki sudah lumayan akan tetapi beban di punggung semakin berat karena ditambah dengan sepatu basah.

Saat perjalanan turun ada sebuah incident kecil, saya terpeleset di sungai dan handphone tercebur ke kubangan air. Seketika langsung saya angkat dan ternyata hp masih aktif, kemudian hp saya non-aktifkan untuk menghindari konslet yang bisa menyebabkan handphone matot alias mati total.

15.00 --- Pesimis bisa sampai basecamp jam 16.00 karena jam 15.00 baru sampai Camp 2. Setelah perjalanan yang semakin berat karena pundak sudah tidak bisa berkompromi, kita semakin sering berhenti untuk istirahat. Akhirnya adzan maghrib kita baru sampai di gerbang Pendakian.

18.15 --- Sampai dengan selamat di Base Camp, langsung memesan teh panas dan mie instan rebus. Setelah makan, kita ishoma dan re-packing sampai pukul 19.15.

19.30 --- Berangkat dari Base Camp menuju Yogya. Karena kondisi sudah gelap, kita sempat bingung jalan keluar dari Desa Butuh dengan medan yang sangat curam tentunya resiko tinggi sekali mengingat motor Kebo saya tidak terlalu waras. Kitapun meminta bantuan salah satu warga untuk mengantar sampai ke luar desa Butuh, beruntung sekali ada bapak-bapak yang bersedia mengantar, kemudian kita ditunjukkan aarah jalan keluar ke arah Jl. Bandongan untuk melewati Kota Magelang.

Dan perjalanan hororpun dimulai. Kita hanya motor sendiri berboncengan melewati bulak (jalan tengah sawah) yang sangat panjang dengan jalan cor blok yang sedikit rusak. Sepanjang perjalanan kita tidak bertemu orang satu-pun. Perjalanan melewati bulak yang sepi nan panjang kita tempuh kurang lebih selama 1 jam. Sepanjang perjalanan hanya bisa menahan nafas dan diliputi sara khawatir karena tidak sempat cek bensin apakah masih atau tidak (indikator bensin di speedometer sudah malfungsi). Jika si Kebo tiba-tiba macet di tengah jalan karena kehabisan bensin atau rewel, tidak ada yang bisa dimintai bantuan dan jalan ke depan maupun ke belakang sangatlah jauh bila harus menuntun motor. Sudah terlanjur basah untuk kembali, kita nekat dengan modal bismillah untuk melewati bulak panjang itu.

20.30 --- Alhamdulilah wa syukurillah akhirnya kita bertemu dengan jalan aspal. Walaupun jalan aspal, tetapi tidak ada lampu yang menerangi tetapi setidaknya jika sepeda motor bermasalah ada satu/dua motor yang lewat untuk dimintai bantuan. Jalan aspal tersebut adalah Jalan Raya Bandongan – Kaliangkrik. “Oh Tuhan ternyata kita masih jauh dari Kota Magelang, dan masih jauh dari Yogya”. Setelah isi full bensin di sebuah warung sekalian tanya arah jalan ke Kota Magelang, kita melanjutkan perjalanan ke Jalan Raya Bandongan – Magelang.

21.15 --- Akhirnya kita sampai di Kota Magelang, walaupun masih jauh dari Yogya kita sedikit lega karena beberapa jam yang lalu kita masiha ada di tempat antah berantah gelap yang jauh dari gemerlap lampu. Selama perjalanan Magelang – Yogya, tantangan berikutnya adalah rasa kantuk –mengingat tadi malah hanya tidur kurang dari 4 jam dengan kegiatan yang menguras fisik. Bahkan saya sempat tertidur sebentar saat berhenti di lampu merah. Di sekitar Muntilan kita berhenti untuk di angkringan untuk mengusir rasa kantuk dan istirahat sebentar.

22.30 --- Sampai di Yogya dengan selamat.