Aksi Renungan "48 Tahun Sumpah Pemuda"
by Unknown
Kemarin malam, tepatnya 28 Oktober 2012 yang pas 84 tahun peristiwa Sumpah Pemuda, saya ikut aksi renungan di titik nol kilometer Yogyakarta mewakili teman-teman gerakan HMI Cabang Bulaksumur, yang kemarin itu juga kita bersama-sama gerakan mahasiswa lain se Yogyakarta di antaranya GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), dan beberapa perhimpunan mahasiswa daerah di antaranya dari Papua dan Madura.
Acara malam itu dimulai kira-kira pukul 20.00 kami berjalan dari Jl.Abu Bakar Ali, long march melewati sepanjang Jl. Malioboro sampai kawasan titik nol di depan kantor pos besar Yogyakarata. Sepanjang kami berjalan, teriakan-teriakan ala mahasiswa begitu membahana, mulai menyanyikan lagu kebangsaan sampai teriakan-teriakan orasi jalanan. Hal ini pun mengundang perhatian dari para pengunjung Malioboro, juga pedagang dan tukang becak yang ada di sana. Apakah mereka tahu tujuan kita? Apakah dalam hati mereka bilang kita mahasiswa kurang kerjaan? Tapi sesekali kami memperhatikan ada orang-orang yang antusias bertanya "ini demo apa? dari kelompok apa?" dan ada juga yang memberikan dukungan ikut berteriak atau sekedar mengacungkan jempol. Masyarakat sudah begitu bebasnya, bahkan bebas mau bersikap kepada apa dan bagaimana.
Sesampainya di kawasan titik nol kami duduk melingkar di tengah perempatan, lumayan mengganggu lalu lintas sih, tapi saya mulai mengamati lagi, apa ya kira-kira yang mereka (para pengedara) pikirkan soal aksi kami? Dan saya segera tau bahwa ada sebagian penngedara yang mengeraskan gas sepeda motornya, ada juga yang ikut berteriak-teriak. It's a democracy state!
Aksi renungan malam itu pun diisi dengan orasi dan penampilan kesenian-kesenian, saya mendapatkan kesempatan untuk membacakan puisi. Tadinya saya ingin membacakan puisi milik saya, namun pada saat ingin dibacakan puisi belum jadi (hehe). Akhirnya saya membacakan sebuah puisi mahakarya dari seorang pujangga besar Indonesia, "Sajak Sebatang Lisong" dari W.S. Rendra. Saya selalu menangis dan marah setiap mendengarkan Rendra membacakan puisi ini, dan malam itu saya mencoba menyuarakan apa yang menjadi kegelisahan Rendra 35 tahun yang lalu. Pada malam itu juga ada seorang kawan dari PMII membacakan puisi Rendra yang berjudul "Sajak Pertemuan Mahasiswa"
Kira-kira jam 22.00 aksi selesai dan ditutup dengan doa. Kami berjalan lagi menuju Jl. Abu Bakar Ali, dan merenungi kembali... apa yang sesungguhnya kita perjuangkan?